Juknis Penyusunan Soal HOTS di Madrasah
Kurikulum 2013 telah mengalami penyempurnaan beberapa kali. Salah satu dasar penyempurnaan kurikulum tersebut adalah adanya tantangan internal dan eksternal. Tantangan internal banyak terkait dengan harapan makin praktis dan efektifnya kurikulum menunjang proses pembelajaran yang berkualitas. Sedangkan tantangan eksternal banyak terkait dengan kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif, budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat dunia.
Isu perkembangan pendidikan di tingkat dunia mengharuskan peserta didik untuk mampu berpikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasionaltuntutan kehidupan masa depan. Oleh karena itu, standar penilaian perlu mengalami perubahan yaitu dengan mengadaptasi secara bertahap model-model penilaian yang mengedepankan kompetensi berfikir dan kreativitas. Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong peserta didik untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kebutuhan kehidupan nyata.
Hasil studi internasional Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2015 dan 2018 menunjukkan bahwa prestasi literasi membaca (reading literacy), literasi matematika (mathematical literacy), dan literasi sains (scientific literacy) yang dicapai peserta didik Indonesia sangat rendah.
Pada umumnya kemampuan peserta didik Indonesia sangat rendah dalam:
- memahami informasi yang kompleks;
- teori, analisis, dan pemecahan masalah;
- pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah; dan
- melakukan investigasi.
Berdasarkan fakta di atas, maka penilaian yang dikembangkan oleh guru madrasah diharapkan dapat mendorong peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi, meningkatkan kreativitas, dan membangun kemandirian peserta didik untuk menyelesaikan masalah. Oleh karena itu Direktorat Jenderal Pendidikan Islam menyusun Petunjuk Teknis Penulisan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS).
Pengertian Soal HOTS
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuanberpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan Kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan:
- transfer satu konsep ke konsep lainnya,
- memroses dan menerapkan informasi,
- mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda- beda,
- menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan
- menelaah ide dan informasi secara kritis.
Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit dari pada soal recall.
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan: mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (aplying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Soal-soal HOTS pada
umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).
Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tida kterjebak pada pengelompokan KKO. Sebagai contoh kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus lalu peserta didik diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja ‘menentukan’ bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru.
Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.
Penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus. Stimulus merupakan dasar untuk membuat pertanyaan. Dalam konteks HOTS. Stimulus dapat bersumber dari isu-isu global seperti masalah teknologi informasi, sains, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
Stimulus juga dapat diangkat dari permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar satuan pendidikan seperti budaya, adat, kasus-kasus di daerah, atau berbagai keunggulan yang terdapat di daerah tertentu. Kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi stimulus yang digunakan dalam penulisan soal HOTS.
Dalam mengembangkan stimulus, penulis soal HOTS harus memperhatikan empat kriteria berikut ini.
- Edukatif yaitu mendidik dan menghindari hal-hal yang negatif;
- Menarik yaitu variatif berupa antara lain narasi, infografis, gambar, tabel, teks bacaan, foto, kasus, foto, rumus, teks drama, penggalan cerita, peta, daftar kata, simbol, contoh, dan suara yang direkam;
- Inspiratif yaitu mampu mengembangkan imajinasi dan keingintahuan;
- Kekinian yaitu sesuai dengan kondisi terbaru (kontekstual).
Post a Comment for "Juknis Penyusunan Soal HOTS di Madrasah"